Komplek Candi Arjuna
Warisan budaya yang wajib dijaga disetiap generasi bahwa Indonesia mempunyai peradaban yang tinggi pada masanya. Yaitu sekitar abad 6 – 8 masehi.
Kerajaan Mataram Kuno atau Dinasti Sanjaya, mencatat Sejarah Panjang tentang peradaban di Nusantara khususnya di Dataran Tinggi Dieng. Berupa peninggalan candi-candi Hindu Siwa yang tersebar di seluruh dataran Dieng sekitar 90 Ha.
Komplek candi yang ditemukan oleh tentara Belanda yang empat puluh tahun kemudian baru digali dan dipelajari. Menyimpan banyak Pelajaran yang sangat berharga bagi perkembangan kebudayaan di Indonesia. Bahwa kita memiliki nenek moyang yang unggul dalam ilmu arsitektur dan kebudayaan.
Lokasi Candi
Lokasi ini berada di Dieng Kulon, kecamatan Batur Banjarnegara Jawa Tengah. Atau lokasi paling timur dan utara di kab. Banjarnegara.
Pada saat ditemukan bangunan candi masih tertutup lumpur dan air. Untuk membersihkan bangunan dari sisa-sisa lumpur yang penuh air, maka dibuatlah saluran pembuangan air.
Yang pertama yaitu air dialirkan menuju telaga Balekambang, dikarenakan debit air di telaga Balekambang sudah tidak bisa menampung air buangan dari candi Arjuna, maka dibuatkan saluran yang kedua yaitu saluran air menuju sumur Gansiran Aswatama yang terletak di sebelah barat dari lokasi ditemukan komplek candi.
Setelah pengeringan dan pemebersihan lakosi candi, ditemukan lima candi yang berjejer rapi yang masih kokoh berdiri. Dan juga sisa-sisa bangunan candi yang sudah runtuh. Empat candi berada di sebelah timur, ke empat candi ini menghadap ke barat, dan satu candi berada di sebelah barat menghadap ke timur.
Pemberian Nama Candi
Pemberian nama candi yaitu oleh masyarakat sekitar. Mengapa pemerian nama itu dilakukan, yang pertama karena tidak adanya nama-nama candi dan juga keterangan yang pasti mengenai nama candi tersebut.
Dengan kesepakatan yang ada, diberi nama Candi Arjuna, Candi Srikandi, Candi Puntadewa, Candi Sembadra dan Candi Semar. Pemberian nama tersebut diambil dari ktab Mahabarata dan juga warisan budaya yang ada di tanah jawa. Mengapa demikian karena di kitab Mahabarata tidak ada Semar, jadi nama Semar di ambil dari warisan budaya lokal.